0
Selamat buat 14 partai yang lolos verivikasi yang dilakukan oleh Komisisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI). 14 partai politik siap untuk merebutkan hati rakyat pada 2019 untuk menempati posisi DPR RI hingga DPRD tingkat Daerah. Semakin banyak kursi yang di tempati di legislatif maka semakin lebar pula untuk memberikan rekomendasi kadernya di posisi di eksekutif Pula.
 
Di tahun-tahun politik seperti tahun 2018 maupun 2019 partai politik seakan menjadi subyek (pelaku) yang mulai memoles dirinya semanis mungkin untuk memikat hati rakyat. Janji-janti politik mulai di semai di setiap desa untuk sekali lagi merebut hati rakyat yang gundah dengan calon pemimpinnya. Tak sekedar menyebar janji manis, ada pula yang menyebar uang (Sebut Saja Money Politic) maupun isu-isu SARA yang disebarkan di tengah-tengah masyarakat untuk memberikan kepercayaan diri dan keyakinan untuk pribadi maupun partai politik.
 
Budaya menyebar uang saat pemilu kemudian masyarakat secara tidak langsung menjadi obyek kambing hitam dalam setiap pemilu yang di selenggarakan setiap lima tahun sekali ini. Kemudian berbagai element membuat acara atau seringkali bisa di sebut kegiatan pendidikan politik terhadap masyarakat (Kaum alit). Kegiatan tersebut seperti itu mengambarkan elit politik harus memberi uang pada kaum alit untuk memenangkan pemilihan di suatu wilayah tertentu.

Keteladanan Elit Politik

Padahal kesalahan terletak pada kaum elit yang seringkali ketika datang pada masyarakat hanya datang saat ingin membutuhkan suara di bilik suara saja. Jika mereka sudah jadi kaum elit yang duduk di tempat yang terhormat sering melupakan kaum alit yang menjadikan ia di posisi yang terhormat.

Ada sebuah logika berfikir yang dapat kita pelajari dari nelayan yang sedang menjaring ikan yang ada di laut. Kalau nelayan memiliki pengetahuan yang cerdas maka ia akan mendapatkan tangkapan alam yang banyak dengan menggunakan alat yang tidak merusak alam. Begitupn sebaliknya, jika kurang cerdas dalam mengambil tangkapan alam di laut Maka nelayan menggunakan alat-alat yang dilarang.
 
Sehingga Hal tersebut dapat di maknai dengan arti saat pemilu para elit yang sudah cerdas dan di anggap membantu di tengah-tengah masyarakat tidak perlu menggunakan cara-cara yang negatif untuk menjadikan dirinya sebagai pejabat. Begitu sebaliknya, jika para elit kurang cerdas maka menggunakan mney politic untuk memenangkan dirinya. Sehingga, penggunaan moneny politik bsa menjadi boom waktu yang dapat merusak kepercayan alit ke figur elit yan sedang mencalonkan diri.
 
Oleh karena itu selama ini yang sebenarnya terlebh dahulu memperoleh pendidikan politik adalah elit politiknya. Sehingga ketika ia mencalonkan diri tidak peru menggunakan money politi, isu SARA maupun yang lainnya. Ataupun ketika ia sudah menjadi pejabat di pemerintahan, baik itu eksekutif maupun legislatif mengambil kebijakan yang pro dengan rakyat. Secara tidak lansung inilah yang menjadi trik yang ampuh untuk menjadikan dirinya kembali utuk di pilih di next periode. 
 
Maupun satu lagi suri tauladan yang di miliki oleh kaum elit harus mulai diihatkan kembali. Karena hari ini image yang di gambarkan oleh sebagian kaum elite sendiri yang kemudian di ekspose oleh media adalah kebijakan yang di ambil kontra produktif dengan rakyat. Kemudian banyak kaum elite yang terjebak kasus korupsi.

Celoteh ini di tulis saat Chelsea bermain imbang dengan Barcelona, 1-1.

Post a Comment

Silahkan di Share kalau dianggap bermanfaat

 
Top