0
Nama-nama lain Al-Quran
Al-Quran
Nama-nama lain Al-Quran - Al Qur’an  yang telah diturunnkan beberapa abad yang lalu, tepatnya pada tahun ke-40 dari lahirnya nabi Muhammad SAW ternyata masih menimbulkan banyak kontroversi. Masih relevankah Al Qur’an?. Pertanyaan seperti ini masih sering didengarkan sebagai wujud keraguan yang mulai muncul sehubungan dengan relevansinya Al-Qur’an pada zaman sekarang. Kemujmalan Al Qur’an juga merupakan sebuah misteri, mengapa Allah harus mengeluarkan firmannya dalam bentuk bahasa yang mujmal, bukankah dengan kemujmalan makna Al Qur’an dapat mempersullit setiap muslim untuk mempelajari Al Qur’an?. Padahal Al Qur’an merupakan sumber utama dalam penentuan hukum Islam. Seandainya Al Qur’an dapat dengan mudah dipahami tanpa adanya makna-makna yang ambigu dan sulilt, tetunya setiap muslim dapat mengetahui alas an-alasan atau dasar-dasar pijakan setiap amaliyah mereka. Didalam surat al Baqoroh ayat 1 yang berbunyi:

ﺬﻠﻚ ﺍﻠﻜﺘﺎﺐ ﻻﺮﻴﺐ ﻔﻴﻪ ﻫﺪﻯ ﻠﻟﻤﺘﻘﻴﻦ  
“Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,”

Ayat di atas menunjukkan bahwa  tiada keraguan di dalam Al Qur’an yang telah diturunkan beberapa abad yang lalu. Dari ayat di atas dapat diketahui bahwa orang-orang yang ragu akan kebenaran Al Qur’an berarti salah satu syarat taqwa belum tercapai. Dapat ditarik benang merah, yaitu sebagai seorang muslim diwajibkan untuk mempercayai kebenaran Al Qur’an, karena Al Qur’an memang benar dan dapat dibuktikan kebenarannya. Namun untuk membuktikan kebenaran memerlukan ilmu-ilmu pendukung, di antarnya adalah nasikh mansukh, asbabun nuzul dan lain sebagainya yang terkumpul dalam ulum Al Qur’an. Dengan disiplin ilmu inilah dapat dibuka kebenaran-kebenaran Al Qur’an yang masih diragukan itu. Kemujmalan Al Qur’an yang sempat menjadi momok yang menakutkan bagi pembedah Al Qur’an dapat teratasi dengan adanya disiplin ilmu Ulumul Qur’an.


Pengertian Al-Qur'an dan Nama-nama Lainnya


 Pengertian alqur’an secara etimologi(bahasa) :

Para ulama telah berbeda pendapat didalam menjelaskan kata alqur’an dari sisi derivasi (isytiqaq) yaitu cara melafalkan apakah memakai hamzah atau tidak, dan apakah ia merupakan kata sifat atau kata jadian.Para ulama yang mengatakan bahwa cara melafalkannya menggunakan hamzah pun telah terpecah menjadi dua pendapat :

Sebagian diantaranya berpendapat bahwa Al lihyani, berkata bahwa kata “Al Qur’an” merupakan kata dasar dari ﻗﺮﺃ (membaca). Kata jadian ini kemudian dijadikan sebagai nama bagi firman Allah yang diturunkan kepada Nabi kita, Muhammad SAW. Penamaan ini masuk dalam kategori “tasmiyah al maf’ul bi al-mashdar”(Penamaan isim maf’ul dengan isim mashdar). Mereka merujuk firman Allah pada surat Al Qiyamah (75) ayat: 17-18 :

ﺍﻦّ ﻋﻠﻴﻨﺎ ﺠﻤﻌﻪ ﻮﻘﺮﺍﻨﻪ .ﻔﺎﺬﺍ ﻘﺮﺃﻨﻪ ﻔﺎﺘّﺒﻊ ﻘﺮﺍﻨﻪ﴿ﺍﻠﻘﻴﺎﻤﺔ׃١۷۔١۸﴾                                

Artinya :

“Sesungguhnya atas tanggungan kami lah mengumpulkannya (didadamu)dan(membuatmu pandai)membacanya telah.Apabila kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu”.(QS.Al Qiyamah 17-18).

Sebagian dari mereka, diantaranya Al zujaj, menjelaskan bahwa kata “Al Qur’an” merupakan kata sifat yang berasal dari kata dasar “al qara”   ﺍﻠﻘﺮﺃ yang artinya menghimpun. Kata sifat ini kemudian dijadikan nama bagi firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Karena kitab itu memhimpun surat, ayat, kisah, perintah dan larangan. Atau karena kitab ini menghimpun intisari kitab-kitab suci sebelumnya.

Para ulama yang mengatakan bahwa cara melafalkan kata Alqur’an dengan tidak menggunakan hamzah pun terpecah menjadi dua kelompok :

a.       Sebagian dari mereka, diantaranya adalah Al Asy’ari, mengatakan bahwa kata Al quran diambil dari kat kerja “Qarana”(menyertakan) karena Alqur’an menyertakan surat, ayat-ayat dan huruf-huruf.

b.      Alfarra’ menjelaskan bahwa kata “Alqur’an” diambil dari kata dasar “Qara’in”(penguat) karena Alqur’an terdiri dari ayat-ayat yang saling menguatkan, dan terdapat kemiripan antara satu ayat dan ayat-ayat lainnya.[1]

Pendapat lain bahwa Al Qur’an sudah merupakan sebuah nama personal(al-‘alam asy-syakhsyi), bukan merupakan derivasi,bagi kitab yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Para ulama telah menjelaskan bahwa penamaan itu menunjukkan bahwa Al Qur’an telah menghimpun intisari kitab-kitab Allah yang lain, bahkan seluruh ilmu yang ada.

 Pengertian Terminologi (istilah) :

a)      Menurut Manna Al Qaththan[2]

Kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dan membacanya memperoleh pahala.

b)      Menurut Al Jurjani[3]

Yaitu kitab yang diturunkan kepada Rasulullah SAW, yang ditulis didalam mushaf dan yang diriwayatkan secara mutawatir tanpa keraguan.

c)      Menurut Abu Syahbah[4]

Kitab Allah yang diturunkan baik lafazh maupun maknanya kepada Nabi terakhir,Muhammad SAW, yang diriwayatkan secara mutawatir, yakni dengan penuh kepastian dan keyakinan(akan kesesuaiannya dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad), yang ditulis pada mushaf yang dimulai dari awal surat Al fatihah sampai akhir surat Annas.

d)     Menurut Kalangan Pakar Ushul Fiqih, Fiqih, dan Bahasa Arab

Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabinya, Muhammad, yang lafazh-lafazhnya mengandung mukjizat, membacanya mempunyai nilai ibadah, yang diturunkan secara mutawatir,[5]dan yang ditulis pada mushaf, mulai dari awal surat Al Fatihah sampai surat AnNas.




      Al Qadhi Abu al ma’aliy Aziziy bin Abdu al Malik, seperti dikutip Al Zarkasyi didalam Al Burhan(jilid 1, hal. 273) mengatakan AlQur’an memiliki 55 buah nama. Untuk mendukung pendapatnya ini, Ibnu Abd al Malik menggunakan ayat-ayat Al Qur’an. Diantaranya adalah:

  1. Kitab (Al Dukkan, ayat 1 dan 2)
  2. Qur’an (Al Waqi’ah, ayat 77)
  3. Kalam (Al Taubah,ayat 6)
  4. Nur (Al Nisa’, ayat 174)
  5. Hudan (Luqman, ayat 3)
  6. Rahmah (Yunus, ayat 58)
  7. Furqan (Al Furqan, ayat 1)
  8. Syifa’ (Al Isra’, ayat 82)
  9. Maw’izhah (Yunus, ayat 57)
  10. Dzikra (Al Anbiya’, ayat 50)
  11. Karim (Al Waqi’ah, ayat 77)
  12. Ali (Azzukhruf, ayat 41)
  13. Hikmah (Al Qamar, ayat 5)
  14. Hakim (Yunus, ayat 1 dan 2)
  15. Muhaymin (Al Ma’idah, ayat 48)
  16. Mubarak (Shad, ayat 29)
  17. Habl (Ali Imron, ayat 103)
  18. Shirath (Al An’am, ayat 153)
  19. Al Qayyim (Al Kahfi, ayat 1 dan 2)
  20. Fadhla (Al Thariq, ayat 13)

Nama-nama Al Qur’an yang di sodorkan Ibnu Al Malik memang maknanya bagus tetapi ada kesan dipaksakan. Ambillah misal Rahmah. Ibnu al Malik mengambil kata ini untuk nama Al qur’an dari sebuah ayat Al Qur’an juga. Logikanya karena orang yang memahaminya mendapat rahmat. Dan ayat yang dijadikan dalilnya, surah yunus, ayat 58 yang berbunyi :



ﻗﻞ ﺒﻔﻀﻞ ﺍﻠﻠﻪ ﻮﺒﺮﺤﻤﺘﻪ ﻔﺒﺫﻠﻚ ﻓﻠﻴﻓﺮﺤﻮﺍ........                             

      Katakanlah dengan karunia Allah dan Rahmatnya, hendaklah mereka bergembira”.

      Rahmat atau rahmat Allah memang sesuatu yang diharapkan oleh semua orang yang beriman. Tetapi, rahmat bukanlah kitab suci kaum muslimin, atau nama lain dari Alqur’an. Nama yang lebih relevan untuk nama lain Al qur’an adalah

1.      Al kitab, dinamai demikian karena ayat-ayat Al Qur’an tertulis dalam bentuk kitab. Menurut pengertian dari beberapa ayat Al qur’an lainnya ( surah Al furqan ayat 35 dan Maryam ayat 30). Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa dan Injil untuk Nabi isa, juga disebut Al kitab. Dan penganut agama yang memegang kedua kitab ini disebut Ahl al Kitab.

ﺬﻠﻚ ﺍﻠﻜﺘﺐ ﻻﺮﻴﺐ ﻔﻴﻪ ﻫﺪﻯ ﻠﻟﻤﺘﻘﻴﻦ                                   

Artinya : “kitab itu tidak ada keraguan padanya sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. (Al Baqarah : ayat 2).

2.      Al Furqan, yang berati pembeda, Alqur’an menjelaskan antara hak dan yang batil,antara yang benar dan yang salah,dan antara yang baik dan yang buruk( Al Furqan ayat 1).

ﺘﺒﺮﻚ ﺍﻠﺬﻯ ﻨﺰّﻞ ﺍﻠﻔﺮﻗﺎﻦ ﻋﻠﻰ ﻋﺒﺪﻩ ﻠﻴﻜﻮﻦ ﻠﻠﻌﻠﻤﻴﻦ ﻨﺬﻴﺮﺍ                          

Artinya: “Mahasuci Allah yang telah menurunkan Al Furqan kepada hambanya(Muhammad), agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.(Al Furqan: ayat 11).

3.      Al Dzikr, disebut Al dzikr yang berarti peringatan, menurut Al Zarkasyi, karena Alqur’an mengandung peringatan-peringatan, nasehat-nasehat, serta informasi mengenai umat yang telah lalu dan peringatan, nasehat juga bagi orng yang bertaqwa(Surah Ali imran, Al Hijr dan Al Nahl).

ﻮﺍﻨﺰﻠﻨﺎ ﺍﻠﻴﻚ ﺍﻠﺬ ﻜﺮ ﻠﺘﺒﻴّﻦ ﻠﻠﻨﺎﺲ ﻤﺎﻨﺰّﻞ ﺍﻠﻴﻬﻢ                     ......... 

Artinya : “Dan Kami telah menurunkan kepadamu (Muhammad) Al Dzikr agar kamu menjelaskan kepada manusia apa yang diturunkan kepada mereka.(Al Nahl, ayat 44).

4.      Al Mushhaf, Allah menyebut shuhuf untuk kitab-kitab yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Musa(Al A’la, ayat 18 dan 19).

ﺍﻦّ ﻫﺬﺍ ﻠﻔﻰ ﺍﻠﺼﺤﻒ ﺍﻻﻮﻠﻰ ﺼﺤﻒ ﺍﺒﺮﻫﻴﻢ ﻮﻤﻮﺴﻰ                 

Artinya : “Sesungguhnya ini terdapat dalam shuhuf yang terdahulu. Yaitu

Shuhuf Ibrahim dan Musa.(Al A’la, ayat 18-19).

Dahulu pada zaman Rasulullah SAW. Para sahabat menulis Al qur’an pada kayu, batu, kulit dan pelepah kurma. Benda-benda yang telah ditulisi dengan ayat-ayat Al qur’an itu disebut Shuhuf. Setelah shuhuf-shuhuf itu dikumpulkan dan digabung menjadi satu, maka para sahabat menyebutnya Mushhaf. Misalnya mushaf Ali dan Mushaf Abdullah bin Mas’ud.

Sebutan Mushhaf menjadi populer setelah Ustman bin Affan membentuk Panitia Penghimpun Ayat- ayat Alqur’an dan mendistribusikan mushhaf- mushhaf salinan ke beberapa wilayah kekuasaan islam. Sejak itu, pengertian Al Mushhaf berkembang menjadi sebuah nama yang memberi identitas pada “Kalam Allah yang di turunkan kepada Nabi Muhammad SAW, tertulis didalam lembaran-lembaran, membacanya merupakan ibadah, susunan kata dan isinya mu’jizat, dinukil secara mutawatir, dimulai dengan surah Al Fatihah dan diakhiri dengan surah An Nas”

Garis Besar Kandungan Al-Quran

      Secara garis besar, kandungan ayat-ayat al Quran dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

Ø  Ayat-ayat yang berhubungan dengan keimanan, baik iman kepada Allah, malaikat, kitab kitab Allah, rosul-rosul Allah dan hari akhir. Atau dapat dikatakan kandungan yang pertama adalah pembahasan ilmu kalam (tauhid) dan ushul Al –dien.

Ø  Ayat-ayat yang berhubungan dengan pekerjaan-pekerjaan hati, seperti menganjurkan berakhlak mulia. Atau dapat dikatakan kandungan yang kedua adalah pembahasan akhlak.

Ø  Ayat-ayat yang berhubungnan dengan pekerjaan anggota badan seperti perintah-perintah, larangan-larangan, pilihan-pilihan. Atau dapat dikatakan kandungan yang ketiga adalah pembahasan fiqih[6].

Pengertian dan Macam-macam Wahyu

Menurut bahasa wahyu mempunyai arti antara lain :

v  Berarti ilham gharizi atau instink yang terdapat pada manusia atau binatang. Contohnya :

ﻮﺍﻮﺤﻰ ﺮﺒّﻚ ﺇﻠﻰ ﺍﻠﺤﻞ ﺃﻦ ﺍﺘّﺨﺬﻯ ﻤﻦ ﺍﻠﺠﺑﺎﻞ ﺒﻴﻮﺘﺎ ﻭﻤﻦ ﺍﻠﺸّﺠﺮ ﻭﻤﻤّﺎﻴﻌﺮﺸﻭﻦ       

Artinya: “Dan Tuhanmu telah mewahyukan (memberi instink)kepada lebah, supaya membuat(sarang-sarang)di bukit-bukit, di pohon-pohon, kayu dan di(rumah-rumah)yang didirikan( manusia).”(An Nahl:68).

v  Berarti ilham fitri atau firasat yang hanya ada pada manusia dan tidak pada binatang. Contohnya :

 ﻮﺍﻮﺤﻴﻨﺎ ﺍﻠﻰ ﺍﻢّ ﻤﻮﺴﻰ ﺃﻦ ﺃﺮﻀﻌﻴﻪ                                         

Artinya : “Dan Kami ilhamkan(berfirasat) kepada ibu Nabi Musa supaya menyusui dia(Musa).(QS.AL Qashash :7).

v  Berarti tipu daya dan bisikan syetan. Contohnya:

ﻮ ﺍﻦّﺍﻠﺸّﻄﻴﻦ ﻠﻴﻮﺤﻮﻦ ﺇﻠﻰ ﺃﻮﻠﻴﺎﺌﻬﻢ ﻠﻴﺠﺪ ﻠﻮﻜﻢ                                     

Artinya  : “Dan sesungguhnya setan-setan itu membisikkan kepada kawan-kawan mereka agar mereka membantah kalian”.(QS.Al An’am :121).

v  Berarti isyarat yang cepat secara rahasia, yang hanya tertuju kepada Nabi/ Rasul Allah saja. Contohnya :

ﺇﻨّﺎ ﺃﻮﺤﻴﻨﺎ ﺇﻠﻴﻚ ﻜﻤﺎ ﺍﻮﺤﻴﻨﺎ ﺍﻠﻰ ﻨﻮﺡ ﻮﺍﻠﻨّﺒﻴّﻦ ﻤﻦ ﺒﻌﺪﻩ                                    

Artinya : “Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu, sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nabi Nuh dan nabi-nabi sesudahnya”.



Menurut istilah wahyu adalah :

v  Sebagian ulama mendefinisikan wahyu adalah firman Allah SWT yang disampaikan kepada salah seorang dari Nabi-nabi nya.

v  Syekh Muhammad Abduh memberikan definisi wahyu adalah pengetahuan yang diperoleh seseorang dari dalam dirinya sendiri disertai dengan keyakinan, bahwa hal itu dari sisi Allah, baik dengan perantaran atau tidak dengan perantaran.

v  Dr. Abdullah Syahhatah dalam kitab “Ulumul Qur’an Wat Tafsir" mendefinisikan wahyu menurut syara’ ialah pemberitahuan Allah SWT kepada orang yang dipilih dari beberapa hambaNya mengenai berbagai petunjuk dan ilmu pengetahuan yang hendak diberitahukannya tetapi dengan cara yang tidak bisa bagi manusia.



Macam- Macam Wahyu


Berkaitan dengan wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad, maka segala sesuatu yang disampaikan beliau kepada umatnya dalam kapasitas beliau sebagai rasul, adalah wahyu. Karena apa yang disampaikannya tidaklah lahir dari keinginan pribadinya, melainkan berupa wahyu yang diterimanya dari Allah. Seperti dalam firman-Nya:

ﻮ ﻤﺎ ﻴﻨﻄﻕ ﻋﻦ ﺍﻠﻬﻮﻯ . ﺍﻦ ﻫﻮ ﺍﻻ ﻮﺤﻲ ﻴﻮﺤﻰ                    

“Dan dia (Muhammad) tidak memngucapkan sesuatu yang keluar dari hawa nafsunya, melainkan (apa yang diucapkannya) adalah wahyu yang diwahyukan Tuhan [Al-Najm/53: 3 – 4].

      Walaupun redaksi ayat ini bersifat umum, mencakup apa saja (ajaran) yang disampaikan atau diucapkan oleh Muhammad, namun dalam realitasnya harus dibatasi pada hal-hal yang bersifat ilahiyah, yang menempatkan Muhammad sebagai utusan Allah.

      Ajaran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad kepada umatnya dideskripsikan dalam tiga macam bentuk wahyu, yaitu: Alquran, Hadits Qudsi dan Hadits Nabawi.



       Perbandingan antara ketiga macam wahyu ini dapat ditabulasikan sebagai berikut:

      Alqur’an : Redaksi bahasa dan bahasa dari Allah SWT. Keabsahannya bersifat sebagai wahyu Allah bersifat muthlaq.

      Hadits Qudsi : Maknanya dari Allah, Redaksi bahasanya disusun sendiri oleh Nabi dengan menisbatkannya kepada Allah. Keabsahannya sebagai wahyu Allah yang bersifat mutlaq dan ada yang relatif.

      Hadits Nabawi : Maknanya dari Allah, sedangkan redaksinya disusun sendiri oleh Nabi tanpa menisbatkan-nya kepada Allah. Keabsahannya sebagai wahyu Allah ada yang bersifat mutlaq (قطعيّ الورود) dan ada yang tidak mutlaq (ظنيّ الورود).

D.    PERBEDAAN WAHYU, ILHAM dan TA’LIM



      Wahyu adalah qalam atau pengetahuan dari Allah, yang diturunkan kepada Nabi atau Rasul dengan perantara malaikat ataupun secara langsung. Kata "wahyu" adalah kata benda, dan bentuk kata kerjanya adalah awha-yuhi, arti kata wahyu adalah pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat.

      Ilham ialah apa-apa yang ditanamkan, dituangkan atau dilimpahkan oleh Allah swt ke dalam jiwa seseorang sesuatu yang dapat mendorongnya untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu, dan ia termasuk jenis wahyu yang dengannya Allah swt mengkhususkan siapa saja yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya.

      Ta’lim secara bahasa berarti pengajaran (masdar dari ‘alama-yu’alimu-ta’liman), secara istilah berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampian pengertian, pengetahuan dan ketrampilan. Menurut Abdul Fattah Jalal, ta’lim merupakan proses pemberian pengatahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab, sehingga diri manusia itu menjadi suci atau bersih dari segala kotoran sehingga siap menerima hikmah dan mampu mempelajari hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya ( ketrampilan). Mengacu pada definisi ini, ta’lim, berarti adalah usaha terus menerus manusia sejak lahir hingga mati untuk menuju dari posisi ‘tidak tahu’ ke posisi ‘tahu’.

      Perbedaannya adalah, wahyu hanya diperuntukkan bagi orang-orang tertentu yang dipilih oleh Allah, yaitu para Nabi dan Rasul; sedangkan ilham dan ta’lim (ilmu) diberikan oleh Allah kepada semua manusia. Perbedaan antara kedua istilah yang disebutkan (ilham dan ta’lim) terletak pada proses/cara memperolehnya. Ilham hanya dapat diperoleh atas kehendak Allah, tanpa usaha manusia; sedangkan ta’lim (ilmu) harus melalui usaha manusia; kecuali ilmu ladunniy yang dalam pandangan ahli tasawwuf proses perolehannya sama dengan ilham.


BAB lll

PENUTUP


A.    KESIMPULAN

      Banyak ulama yang mendefinisikan Alqur’an secara berbeda-beda. Yang pada intinya Alqur’an ialah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, secara mutawattir, membacanya mempunyai nilai ibadah, lafazh-lafazh nya mengandung mukjizat, yang ditulis pada mushhaf, yang dimulai dari awal surah Al Fatihah dan berakhir surah An Nas.

Nama-nama Alqur’an :

Menurut ibnu Malik :

1.      Kitab(Aldukkan, 1dan2)

2.      Qur’an(Alwaqi’ah, 77)

3.      Kalam(Al Taubah,6)

4.      Nur(Al Nisa’,174)

5.      Hudan(Luqman,3)

6.      Rahmah(Yunus,58)

7.      Furqan(Al Furqan,1)

8.      Syifa’(Al Isra’,82)

9.      Maw’izhah(Yunus,57)

10.  Dzikra(Al Anbiya’,50)

11.  Karim(AlWaqi’ah,77)

12.  Ali(AlZukhruf,41)

13.  Hikmah(Al Qamar,5)

14.  Hakim(Yunus,1 dan 2)

15.  Muhaymin(AlMaidah,48)

16.  Mubarak(Shad,29)

17.  Habl(Ali Imran,103)

18.  Shirath(Al An’am,153)

19.  AlQayyim(Al Kahfi,1 dan 2)

20.  Fadla(Al Thariq,13)

 Nama lain alqur’an yang lebih relevan :

1.      Al kitab

2.      Al furqan

3.      Al dzikr

4.      Al mushhaf

Garis besar kandungan Alqur’an

  1. Ilmu kalam(tauhid) dan ilmu al usuluddin
  2. Akhlaq
  3. Fiqih

Pengertian dan macam-macam wahyu

Menurut bahasa

  1. Ilham gharizi atau instink
  2. Ilham fitri atau firasat
  3. Tipu daya dan bisikkan syetan
  4. Isyarat yang cepat secara rahasia

Menurut istilah

v  Sebagian ulama, firman Allah yang disampaikan kepada salah seorang Nabi-nabi nya

v  Syekh M. Abduh, Pengetahuan yang diperoleh seseorang dari dalam dirinya sendiri disertai dengan keyakinan,bahwa hal itu dari Allah baik dengan perantaraan maupun tidak.

v  Dr.Abdullah Syahhatah, Pemberithuan Allah SWT kepada orang yang dipilih dari beberapa hambanya mengenai berbagai petunjuk dan ilmu pengetahuan yang hendak diberitahukannya tetapi dengan cara   yang tidak biasa bagi manusia.

Macam-macam wahyu

Ø  Alqur’an

Ø  Hadist Qudsi

Ø  Hadist Nabawi

Perbedaan wahyu, ilham dan ta’lim

      Perbedaannya adalah, wahyu hanya diperuntukkan bagi orang-orang tertentu yang dipilih oleh Allah, yaitu para Nabi dan Rasul; sedangkan ilham dan ta’lim (ilmu) diberikan oleh Allah kepada semua manusia. Perbedaan antara kedua istilah yang disebutkan (ilham dan ta’lim) terletak pada proses/cara memperolehnya. Ilham hanya dapat diperoleh atas kehendak Allah, tanpa usaha manusia; sedangkan ta’lim (ilmu) harus melalui usaha manusia; kecuali ilmu ladunniy yang dalam pandangan ahli tasawwuf proses perolehannya sama dengan ilham.


SARAN
Sebagai ummat muslim kita seharusnya mengerti tentang Alqur’an karena kalamullah adalah pedoman untuk kita dimasa mendatang dan di akhirat nanti.

PENUTUP
Demikianlah makalah yang di buat ini, semoga dapatmemberikan manfaat dan menjadikan sebagai tambahan ilmu bagi semua pembaca. amin

 

DAFTAR PUSTAKA


Marzuki, Kamaluddin, 1992, Ulum Al Qur’an, Remaja Rosdakarya, Bandung

Anwar, Rosihon, 2012, Ulum Al Qur’an, Pustaka Setia, Bandung

Djalal H.A., Abdul, 1998, Ulumul Qur’an, Dunia Ilmu, Surabaya

[1] Muhammad bin Muhammad Abu Syahbah, Al Madkhal li Dirasat Alqur’an Al Karim, Maktabah As sunnah, Kairo, 1992, hlm. 19-20.

[2] Manna Al Qaththan, Mabahits fi Ulum Al Qur’an, Mansyurat Al Ashr Al Hadis, ttp, 1973, hlm.21.

[3] Al Jurjani, At Ta’rifat, Ath-Thaba’ah wa An-Nasyr wa At-Tauzi, Jeddah, t.t., hlm.174.

[4] Abu Syahbah, op. cit., hlm. 7.

[5] Disampaikan  oleh sejumlah periwayat yang menurut adat kebiasaan mustahil mereka berkumpul dan bersepakat untuk dusta.

[6] Muhammad Al Kudhori, Tarikh Tasyri’ Islami, Surabaya : Al Hidayah. hlm. 17.

 Ditulis oleh Atinal Izzah mahasiswa UNISNU Jepara

Post a Comment

Silahkan di Share kalau dianggap bermanfaat

 
Top