Berpedoman dengan Ulama Saat Demokrasi

Berpedoman dengan Ulama Saat Demokrasi

Berpedoman dengan Ulama Saat Demokrasi - Pada tahun 2019, rakyat Indonesia di suguhkan para calon presiden dan wakil presiden yang sedang merebutkan kepemimpinan RI 1 dan RI 2 di Republik tercinta ini. Ada berbagai macam strategi yang digunakan untuk memperoleh hati masyarakat yang tentunya dapat menghantarkan ke pucuk kepemimpinan di Negara ini.

Salah satu yang menjadi lumbung suara yang ingin di maksimalkan oleh calon presiden dan wakil presiden Indonesia adalah Umat Islam. Kedua belah pihak mengaku sangat dekat dengan umat Islam yang tentunya mengaku di dukung oleh ulama’-ulama yang ada di Indonesia.

Pengklaiman kedua calon didukung oleh masing-masing ulama’ membuat kita sebagai pemilih awam pasti bingung untuk menjatuhkan hak suaranya pada 27 April 2019 mendatang. Menurut kyai Kharismatik Mustofa Bisri atau yang sering kita sapa Gus Mus yang bersumber dari Arif Budiman mengklasifikasikan ulama’ sebagaimana berikut:

1. Produk Masyarakat, Gelar ulama ini di sematkan seseorang karena dari segi keilmuwan dan tingkah lakunya maka ia disebut Ulama'
2. Produk Pers, Gelar Ulama ini di miliki karena seseorang sering tampil di media
3. Pemerintah, Gelar Ulama ini dimiliki karena masuk dalam salah satu organisasi pemerintahan.
4. Politis, Gelar Ulama' ini di sematkan pada seseorang demi meningkatkan suara pada elektoral orang tertentu
5. Bikinan Sendiri, Gelar Ulama ini karena ia menghafalkan beberapa ayat kemudian diceramahkan pada orang lain sehingga ia menyebut dirinya sebagai ulama'.

kita sebagai pemilih harus cerdas dalam menentukan pilihan jika ingin negara kita lebih maju dalam lima tahun medatang. Setidaknya kita dapat menentukan ulama yang beneran ataupun gelar ulama’ yang disandangkan kepada seseorang demi kepentingan politik sesaat semata. Selamat memilih dan menetukan arah negara kita, jangan sampai kita sebagai pemilih membiarkan negara ini di pimpin oleh orang-orang yang salah. Salam Waras.